“Seasons of love“, mengawali episode Glee terbaru, “tribute to Cory Monteith“. Sudahkan anda menonton episode terbaru ini? Kemarin saya dan kedua teman saya menonton episode ini, dan benar saja, dari awal sampai akhir kami berlinang air mata tak henti hentinya, Walaupun kami tidak mengenal sosok Cory secara pribadi, tapi entah kenapa kami bisa ikut merasakan kehilangan yang begitu besar atas meninggalnya salah satu bintang utama Glee ini. Gak kebayang deh jadi si Leanya.. ujar kami..
Hmmm.. ditinggal orang yang disayangi.. Mungkin sebagian dari kalian pernah merasakannya, dan sebagian dari kalian mungkin bahkan gak kebayang atau gak mau ngebayangin hal ini. Percayalah, rasanya sangat tidak enak..
Sepanjang menonton Glee episode ini, mendengar setiap lagu yang mereka bawakan untuk mengenang sosok Finn, pikiran saya melayang ke dua buah peristiwa pahit yang saya lewati beberapa tahun silam..
Salah satu peristiwa itu terjadi di tahun lalu, lebih dari 525.600 menit yang lalu.. Saya yang sedang transit di Qatar, setelah menyelesaikan petualangan saya di Jordan, iseng iseng mengecek facebook di komputer berinternet gratis yang ada di airport. Ketika saya membuka halaman facebook mama saya, saya tertegun menatap tulisan turut berduka cita yang disampaikan oleh sanak keluarga dan teman teman mama saya atas kematian kakaknya mama, atau Om saya.
Dengan tidak percaya saya pun mencoba membuka profile facebook keluaga saya yang lain dan yang saya lihat juga sama. Otak saya membeku sejenak rasanya, saya kembali duduk ke tempat ruang tunggu saya dan mencoba memaksa otak saya untuk berpikir dengan lebih jernih.. Saya meraih handphone saya dan memutuskan menelepon si papa yang ada di Indonesia. Ntah jam berapa saat itu di Indonesia..
Setelah beberapa saat, akhirnya si papa pun mengangkat teleponnya. Begitu mendengar sapaan papa di telepon, pecah langsung tangis saya dan sambil menangis saya menanyakan kebenaran yang saya dapat itu. Memang benar, Om saya, Om Yoen, sudah meninggal beberapa hari yang lalu. dan saat itu saya yang berada jauh di Jordan tidak bisa mendapat kabar itu.
more than 525.600 minutes passed..
and I still can not believe that you are not here with us anymore
Om Yoen… Orang yang waktu saya kecil selalu mau datang dari rumah nya yang cukup jauh dari rumah saya, cuma untuk mengeroki atau memijiti ketika saya sakit. Orang yang selalu menyebut dirinya sebagai papa saya dan selalu menganggap saya bagai anaknya sendiri. Saya masih ingat samar-samar setiap dia datang ke rumah saya, memeluk dan mencium saya lalu dengan penuh kasih sayang menatap saya dan bilang “anak papa” atau “anaknya om ini”. (oh no air mata mulai bercucuran sekarang.. 😦 ) Orang yang dihari farewell party sebelum saya pergi bersekolah ke korea, memangku saya bagai anak kecil dan sambil menangis mengatakan berbagai wejangan dan nasihat. Orang yang selalu ceria, dengan suaranya yang khas bercerita ini dan itu membuat semua yang mendengar ikut tertawa. Sosok yang tegas tapi disatu sisi penuh kasih. Sosok yang jahil dan iseng apalagi kalau kita sedang kumpul keluarga dan ada om, papa dan saudara sepupu-sepupu saya yang sebagian besar laki-laki.
Masih teringat jelas, saya di suatu saat, menghabiskan waktu liburan saya menginap di rumahnya dan menghabiskan waktu berdua di rumahnya. Berdua saja, sementara anaknya kuliah dan istrinya bekerja. Ntah kami ngapain waktu itu.. tapi saya senang..
Liburan kemarin saya sempat mengunjungi makam beliau, dan saya mati matian menahan supaya tidak satu pun dari air mata saya yang menetes. Sebagian dari hati saya sampai sekarang masih tidak percaya kalau dia sudah tidak ada. Sebagaian dari diri saya bahkan masi berharap ketika saya pulang untuk liburan ke indonesia lagi, dia akan datang untuk merayakan Natal bersama di rumah kami.
Hmmm.. ya saya rindu dia sangat. Lebih rindu lagi karena saat akhir hidupnya saya tidak ada di sana dan saya tidak dapat mengucapkan kata perpisahan atau apapun kepada beliau. Sekarang yang tertinggal hanya memori tentang beliau. Jujur saja, saya yang ingatannya tidak begitu bagus ini takut, terlalu takut kalau sampai memori ini memudar suatu saat nanti. Saya tahu saya tidak akan pernah bisa melupakan sosok beliau dalam hidup saya, tapi sebagian dari diri saya takut suatu saat nanti ingatan ini tak sejelas sekarang, rasa ini tak sejelas yang saya rasakan sekarang, dan yang paling saya takutkan, ketika saya mulai lupa suaranya, suara yang membuat saya nyaman dan selalu senang untuk didengar.
Yes, I really miss you.. and I love you..
always..
Papa Yoen
wish I still have another 525.600 minutes with you..