more than 525.600 minutes

Seasons of love“, mengawali episode Glee terbaru, “tribute to Cory Monteith“. Sudahkan anda menonton episode terbaru ini? Kemarin saya dan kedua teman saya menonton episode ini, dan benar saja, dari awal sampai akhir kami berlinang air mata tak henti hentinya, Walaupun kami tidak mengenal sosok Cory secara pribadi, tapi entah kenapa kami bisa ikut merasakan kehilangan yang begitu besar atas meninggalnya salah satu bintang utama Glee ini. Gak kebayang deh jadi si Leanya.. ujar kami..

Hmmm.. ditinggal orang yang disayangi.. Mungkin sebagian dari kalian pernah merasakannya, dan sebagian dari kalian mungkin bahkan gak kebayang atau gak mau ngebayangin hal ini. Percayalah, rasanya sangat tidak enak..  

Sepanjang menonton Glee episode ini, mendengar setiap lagu yang mereka bawakan untuk mengenang sosok Finn, pikiran saya melayang ke dua buah peristiwa pahit yang saya lewati beberapa tahun silam..

Salah satu peristiwa itu terjadi di tahun lalu, lebih dari 525.600 menit yang lalu.. Saya yang sedang  transit di Qatar, setelah menyelesaikan petualangan saya di Jordan, iseng iseng mengecek facebook di komputer berinternet gratis yang ada di airport. Ketika saya membuka halaman facebook mama saya, saya tertegun menatap tulisan turut berduka cita yang disampaikan oleh sanak keluarga dan teman teman mama saya atas kematian kakaknya mama, atau Om saya.

Dengan tidak percaya saya pun mencoba membuka profile facebook keluaga saya yang lain dan yang saya lihat juga sama. Otak saya membeku sejenak rasanya, saya kembali duduk ke tempat ruang tunggu saya dan mencoba memaksa otak saya untuk berpikir dengan lebih jernih.. Saya meraih handphone saya dan memutuskan menelepon si papa yang ada di Indonesia. Ntah jam berapa saat itu di Indonesia..

Setelah beberapa saat, akhirnya si papa pun mengangkat teleponnya. Begitu mendengar sapaan papa di telepon, pecah langsung tangis saya dan sambil menangis saya menanyakan kebenaran yang saya dapat itu. Memang benar, Om saya, Om Yoen, sudah meninggal beberapa hari yang lalu. dan saat itu saya yang berada jauh di Jordan tidak bisa mendapat kabar itu.

more than 525.600 minutes passed..
and I still can not believe that you are not here with us anymore

Om Yoen… Orang yang waktu saya kecil selalu mau datang dari rumah nya yang cukup jauh dari rumah saya, cuma untuk mengeroki atau memijiti ketika saya sakit. Orang yang selalu menyebut dirinya sebagai papa saya dan selalu menganggap saya bagai anaknya sendiri. Saya masih ingat samar-samar setiap dia datang ke rumah saya, memeluk dan mencium saya lalu dengan penuh kasih sayang menatap saya dan bilang “anak papa” atau “anaknya om ini”. (oh no air mata mulai bercucuran sekarang.. 😦 ) Orang yang dihari farewell party sebelum saya pergi bersekolah ke korea, memangku saya bagai anak kecil dan sambil menangis mengatakan berbagai wejangan dan nasihat. Orang yang selalu ceria, dengan suaranya yang khas bercerita ini dan itu membuat semua yang mendengar ikut tertawa. Sosok yang tegas tapi disatu sisi penuh kasih. Sosok yang jahil dan iseng apalagi kalau kita sedang kumpul keluarga dan ada om, papa dan saudara sepupu-sepupu saya yang sebagian besar laki-laki.

Masih teringat jelas, saya di suatu saat, menghabiskan waktu liburan saya menginap di rumahnya dan menghabiskan waktu berdua di rumahnya. Berdua saja, sementara anaknya kuliah dan istrinya bekerja. Ntah kami ngapain waktu itu.. tapi saya senang..

Liburan kemarin saya sempat mengunjungi makam beliau, dan saya mati matian menahan supaya tidak satu pun dari air mata saya yang menetes. Sebagian dari hati saya sampai sekarang masih tidak percaya kalau dia sudah tidak ada. Sebagaian dari diri saya bahkan masi berharap ketika saya pulang untuk liburan ke indonesia lagi, dia akan datang untuk merayakan Natal bersama di rumah kami.

Hmmm.. ya saya rindu dia sangat. Lebih rindu lagi karena saat akhir hidupnya saya tidak ada di sana dan saya tidak dapat mengucapkan kata perpisahan atau apapun kepada beliau. Sekarang yang tertinggal hanya memori tentang beliau. Jujur saja, saya yang ingatannya tidak begitu bagus ini takut, terlalu takut kalau sampai memori ini memudar suatu saat nanti. Saya tahu saya tidak akan pernah bisa melupakan sosok beliau dalam hidup saya, tapi sebagian dari diri saya takut suatu saat nanti ingatan ini tak sejelas sekarang, rasa ini tak sejelas yang saya rasakan sekarang, dan yang paling saya takutkan, ketika saya mulai lupa suaranya, suara yang membuat saya nyaman dan selalu senang untuk didengar.

Yes, I really miss you.. and I love you..
always..
Papa Yoen

wish I still have another 525.600 minutes with you..

indahnya minum obat

Sakit dan minum obat memang bukan hal yang menyenangkan. Saya akui, saya cukup sensitive dan mudah sakit, pusing udah biasa, hampir setiap bulan pilek, sariawan udah jadi langganan, plus beberapa penyakit yang kambuhan seperti alergi debu dan asap rokok, cidera pinggang yang sakit klo saya salah bergerak atau sedang kecapean, dan sinusitis.

Hmmmm saya baik baik saja dengan kondisi seperti ini, tahu benar cara mengatasi nya, tidak berusaha cukup keras untuk mencegahnya (masih tidak teratur minum vitamin atau makan buah) dan saya hidup dengan super bahagia dan sukacita.

Anyway, point yang saya mau ceritakan bukan mengenai sakit penyakit tersebut tapi soal minum obat. Dari kecil hingga akhir tahun 2011, saya tidak memiliki kemampuan minum obat tablet atau pil atau kapsul. Saya sangat menghindari mereka karena saya tidak bisa menelannya, ada rasa takut tersedak, dan ntah kenapa walau saya sudah berkali kali mencoba belajar menelan mereka tetap saja obat pil tablet dan kapsul itu tidak ada yang mau meluncur ke dalam tenggorokan saya dan yang ada balik lagi dan mengeluarkan rasa yang super gak enak di dalam mulut saya 😦 eugh

lalu bagaimana saya minum obat? setiap saya ke dokter, orang tua saya (atau saya sendiri) biasanya bilang ke dokternya kalau minta diberikan obat sirup atau puyer saja. Sekarang pun, saya melakukan hal yang sama, saya selalu minta kepada apotekernya untuk menghancurkan obat itu dan membuatnya jadi bubuk. Tapi sayangnya, apoteker di korea seringkali tidak mau memberikan obat dalam bentuk bubuk. Disaat tidak ada obat sirup atau bubuk, saya dengan sigap menghancurkan obat itu dengan sendok dan mencampurnya dengan air lalu meminumnya.. rasanya.. jangan ditanya.. PAHIT 😦

Saya sudah sangat terbiasa dengan ejekan kecil para dokter, teman, atau apoteker ketika mendengar saya berkata kalau saya tidak bisa menelan obat tablet. Saya secara otomatis membawa dua buah sendok makan bila mau bepergian sehingga kalau saya sakit saya bisa langsung menghancurkan obat yang saya butuhkan. Saya sudah terbiasa mengatasi pahitnya bubuk obat dan tahu bagaimana cara meminum mereka dengan meninggalkan rasa pahit tersedikit di mulut saya.

Tapi kisah permusuhan saya dengan obat pil, tablet dan kapsul ini berakhir di penghujung tahun 2011. Waktu itu, alergi debu saya kambuh dengan cukup heboh dan menyebabkan dokter saya memberikan obat yang super banyak dan semuanya dalam bentuk pil dan kapsul. Dengan berbagai alasan pihak apoteker pun tidak memperbolehkan saya mengubah bentuk obat tersebut ke dalam bentuk bubuk, karena katanya mereka harus hancur perlahan di perut saya.

Padahal saat itu saya harus pergi ke luar negeri dengan teman teman saya, dan acaranya super padat dan persiapannya pun ribet. Gak kebayang saya harus mengeluarkan sendok, menghancurkan obat obatan itu , mencampur dengan air dan meminumnya., Kayaknya gak bakal keburu dan bakal super ribet deh… Nah dari situ saya mulai perlahan lahan mencoba minum pil. Awalnya saya meminum obat itu dengan choco pie. Karena teksturnya lengket lengket dan lembek, choco pie ini sangat memudahkan saya menelan pil pil tersebut 🙂 minum obat dengan choco pie SUKSES!

ini kenapa gambar choco pienya gede amat dah…

next! gak mungkin selamanya saya cuma bisa menelan obat dengan choco pie. Saya mulai belajar menelannya dengan makanan makanan lain, pisang, roti , kue, dan sebagainya. Ini pun setelah melakukan berbagai percobaan, SUKSES

dan sekarang!! dengan bangga saya bisa menelan obat obat itu tanpa apapun!! masih hoki hokian sihh.. hehe 😛 kadang kadang bisa, kadang kadang ngga.. dan kalo obatnya masi terlalu besar, either saya potong jadi dua atau saya menggunakan bala bantuan makanan lain untuk dimakan bersama.

Beneran deh.. saya senang sesenang-senangnya dan bangga.. Penderitaan saya 20 tahun menahan pahitnya obat obat itu sudah selesai sekarang. Kalian yang bisa minum obat pil dengan mudah mungkin bakal berpikir saya lebay atau apapun, tapi ini merupakan suatu pencapaian besar dalam hidup saya dan membuat hidup saya lebih berwarna. YEY!!!!

dan saya berterima kasih kepada Tuhan dan korea yang sudah mendesak saya dengan berbagai hal sehingga saya terdesak belajar hal baru ini..

God wants You to know

Today, Novelia, we believe God wants you to know that …

nothing is exciting if you know what the outcome is going to be.

You keep wanting to know how things will play out, keep asking to see the future. God doesn’t give anyone the power to know the future, because life becomes maddeningly boring when you know everything upfront. So, instead of struggling, enjoy the uncertainty – to be alive means to not know.

bring us the LIGHT!

sedihnya.. sudah 3 malam berlalu,  dan sampai detik ini saya dan roomate saya masih melewati malam kami dalam kegelapan. YAP! lampu kamar asrama kami MATI! (yang satu masi bisa menyala lemah sih tapi setelah satu menit berlalu dia akan kelap kelip ajep ajep membuat mata kami sakit dan kepala kami pusing) HIKSS.. bener bener gak bisa ngapa-ngapain. Mau ngapa-ngapain juga jadi males dan gak keliatan. 😦

Tempat terterang hanya kamar mandi dan di depan laptop saya ini. Bersyukur masih ada lampu belajar saya (yang sangat kuat menemani saya dari 3 1/2 tahun lalu tanpa ganti lampu sama sekali). Saya sudah dua kali bolak balik melapor dan minta supaya lampu kamar saya diganti sama kantor di bawah yang mengurusi asrama ini, tapi NIHIL.. Tadi katanya om om nya itu ngakunya sudah ke kamar saya dan mengganti lampu kamar saya (padahal nyatanya belum) dan saya harus dengan sangat terpaksa menunggu sampai besok.. dalam kegelapan lagi.. malam ini 😦

Cuma bisa berharap besok si om itu datang dan melakukan tugasnya dengan benar. Gak kebayang yah orang yang hidup di jaman dahulu tanpa lampu, atau orang yang hidup di kampung ntah dimana di pedalaman tanpa listrik (mendadak jadi dalem mikirnya). Sekali lagi cuma bisa bersyukur sih saya hidup di tempat berlampu dan berlistrik. hehe. Cepatlah nyala lampu sayang!!

HIKSSSS.. 

Setelah lulus mau ngapain?

Liburan musim panas terakhir saya sudah berakhir. Wahhh gak berasa yah, saya sudah harus masuk kuliah dan memulai pendakian saya setiap harinya ke gedung jurusan yang letaknya setengah gunung. Setengah hati saya, sungguh tidak sabar ingin cepat cepat merasakan semester yang baru ini, dengan berbagai mata kuliah baru yang akan saya ambil.. tapi.. setengah hati saya berontak dan berharap waktu tidak berjalan terlalu cepat.

Saya sadar betul ini semester baru dan semester terakhir saya. Hmmm setelah lulus mau ngapain? menjadi pertanyaan makanan sehari hari saya. Saya yang belum pasti biasanya hanya tersenyum sambil berkata masi belum tau, masih didoakan dan berbagai jawaban ambigu lainnya.

Sejujurnya, saya sendiri secara pribadi cukup santai sekarang (masa panik dan stres sudah berhasil dilalui dengan baik setahun kemarin ini) dan menggantungkan diri saya dan masa depan saya kepada Tuhan. Tapi tekanan sekitar yang kadang membuat kepanikan itu muncul dan mencobai saya. (yah yang udah pernah jadi anak tahun terakhir pasti ngerti lah gimana rasanya)

anyway…

Image

Ada yang pernah tahu buku ini? sudah sejak berbulan bulan yang lalu komisi remaja pemuda di Gereja saya mengajak kami untuk membaca buku ini, katanya buku ini sangat bagus. Buku ini adalah sebuah buku Kristen yang menceritakan kisah hidup seorang dokter muda di korea. Sayangnya buku ini hanya ada dalam bahasa korea.

Saya secara terang-terangan tidak menggubris ajakan membaca buku ini, karena saya paling malas membaca buku dalam bahasa asing. Walaupun saya sampai hampir bosan mendengar orang orang komisi pemuda Gereja saya membicarakan mengenai buku ini, saya tetap pada pendirian saya untuk tidak membaca, mencari tahu pun tidak soal buku ini..

Tapi Tuhan berkata lain…

Saya mengunjungi salah seorang pendeta kenalan saya minggu lalu. Tiba-tiba sebelum saya pulang, beliau keluar dari ruang kerja nya dan menyodorkan buku ini untuk saya. Katanya hadiah. Beliau berkata buku ini akan sangat bagus buat saya. Cukup kaget ujung ujungnya buku ini ada di tangan saya. Sejujurnya,saya berkata dalam hati “ahh paling gak akan gw baca, kalaupun gw baca juga mungkin gak akan semenarik dan sebagus yang mereka bilang”. 

Tapi entah kenapa, saya merasa Tuhan pengen banget buat saya untuk membaca buku ini. Udah menghindar gimana pun tetepppp aja ujung ujungnya ini buku jatuh ke tangan saya.

Dengan setengah hati, saya pun mengambil buku tersebut dari laci buku saya malam ini, dan saya mulai membaca bab pertama..

….

TADAAAA!! JENG JENG! benar saja! Belum sampai 1 bab habis dibaca saya sudah habis di “tampar” buku itu, dan dihanyutkan ke berbagai refleksi oleh Tuhan.

Dari bagian buku yang saya baca barusan, diceritakan bagaimana si dokter muda ini bekerja di rumah sakit sambil melayani setiap pasiennya. Setiap malam, diam diam dokter ini mendatangi pasien pasiennya  (pasiennya menerita kanker yang kritis) dan mendoakan mereka. Lalu juga banyak pasien (dan juga koleganya) yang merasakan kehangatan cinta Tuhan melalui dokter muda ini. Orang-orang di rumah sakit itu merasa dokter ini berbeda dengan dokter ataupun perawat yang lain. Melalui dokter ini, ada juga beberapa pasien yang jadi mengenal Tuhan Yesus.

Entah kenapa, yang terlintas di pikiran saya setelah membaca cerita tentang dokter muda ini adalah masa depan saya.

“Novelia, nanti setelah lulus mau jadi apa?” pertanyaan yang sudah jadi makanan saya sehari hari selama ini jadi berbeda maknanya.

Mau jadi apakah saya? Melalui apa yang akan saya kerjakan nanti, entah jadi pegawai hotel, pegawai airlines, pegawai perusahaan besar atau yang lainnya, apakah saya bisa jadi pelayan Tuhan? Apakah orang orang di sekitar saya (kolega maupun pelanggan) bisa merasakan kasih Tuhan melalui apa yang saya? Apakah mereka bisa merasakan perbedaan saya sebagai anak Tuhan, dibandingkan dengan yang belum mengenal Tuhan? Apakah saya bisa jadi terang dan garam?

Apa yang akan saya lakukan setelah lulus memang penting, tapi sekarang saya merasa pertanyaan-pertanyaan diatas lebih penting untuk dijawab dan butuh persiapan diri yang lebih matang dan berkelanjutan!! Akan jadi apa saya setelah lulus, saya hanya bisa berusaha sebaik mungkin dalam mempersiapkan,  mencari dan melamar perkerjaan, sisanya mari serahkan kepada Tuhan yang saya yakin sudah mempersiapkan tempat yang terbaik buat saya. 🙂 DAN!! dimana pun Tuhan menempatkan kita, mari kita jadi terang dan garam Tuhan! Mari bagikan hangatnya cinta kasih Tuhan!

….

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31)

과연 나는 길게 줄을 서서 기다리는 환자들 한 사란 한사란의 얼굴이 내게 환자로 오신 그리스도라는 사실을 기억 할 수 있을까? (David Seel – 그 청년 바보의사)

akward dengan si masa lalu

Sore ini, saya ingin turun ke kantin asrama untuk makan malam. Ketika masuk ke lift, jeng jeng tebak siapa yang saya temui!!??

saya mengenali muka orang itu, wajah saya kaget, gerak gerik tubuh saya akward tapi dengan lambat otak saya memproses siapakah orang di depan saya ini. beberapa detik berlalu.. dan OH! itu dia!! saya tau dia!

Dia pun, berdiri dengan muka agak kaget di pojokan lift sambil memandangi wajah saya. Akhirnya, dengan super akward dia pun menyapa saya “Hi!” lalu menunduk. Saya pun membalas sapaan itu dengan canggung. Lalu kami berdua pun terdiam di dalam lift, sama sama menatap lantai lift maupun jari jemari kaki kami masing masing.

Sembari menunduk diam, menunggu lift yang kami naiki tiba di lantai 1, otak saya kembali mengingat kejadian 3 setengah tahun silam. Kejadian yang cukup membuat kami jadi se akward sekarang ini. Kejadian yang sangat saya ingin hapus dari sejarah hidup saya. Kejadian yang membuat sapaan kami akward dan membuat saya menghindari dia sepanjang sisa tahun pertama saya. Kami tidak pernah bertemu semenjak semester dimana kejadian itu terjadi berakhir.

Dia! cewe pertama dalam hidup saya yang bibirnya bersentuhan dengan bibir saya!

……

HUAHAHAHA

tenang saya gak lesbi koq teman teman. Saya masih normal dan sangat tertarik dengan pria!! Jadi jadi sebelum kalian jadi serem dan berpikir aneh aneh soal saya, mari saya jelaskan!!

Jadi saat itu merupakan tahun pertama saya di Korea. Semester 1 tahun pertama! Masih bodoh-bodohnya. Masih aktif ikut kegiatan dan acara ini itu. Dan saat itu saya dan beberapa teman saya ikut ke dalam suatu acara volunteer open house asrama. Disitu kami bukan cuma bantu bantu, tapi kami juga harus berpartisipasi dalam acara game yang diadakan.

Tujuan kami ikut acara itu sangat mulia, menambah pengalaman, menambah teman, dan menambah point yang bisa mengurangi pinalti pinalti buruk kami di asrama (상점). Acaranya cukup menarik koq 🙂

Saya dengan teman teman saya dengan aktif dan penuh semangat berlomba lomba memenangkan gamenya (ada hadiahnya), dengan bahasa korea yang masi hancur hancuran kami dengan semangat memainkan setiap gamenya!

dan sampailah kami di game yang mengharuskan kami berpasang-pasangan (itu loo, game yang naik ke atas koran, trus nanti korannya di lipet makin kecil dan kakinya tidak boleh kena tanah, biasa rame-rame mainnya tapi kali ini kami memainkannya berpasang-pasangan). Saat itu saya yang lagi sibuk mengatur napas kelelahan karena permainan sebelumnya tibatiba DITARIK oleh si “cewe” (yang bahkan sampai sekarang saya tidak pernah tahu namanya siapa) ini. Dia dari awal memang agak terobsesi memenangkan semua game yang ada, dan di game ini dia merasa saya yang kecil dan kurus (sekarang udah naik 10 kg dibanding dulu…) bisa sangat membantu dia memenangkan permainan ini (gampang diangkat angkat).

Memang benar, kami dengan tanpa kesulitan melawan pasangan yang lain, sampai akhirnya tinggal tersisa kami dan sepasang cewe dan cowo di tim lain. TAPI, senyum kemenangan kami terhenti ketika sang mc mengatakan final dari game ini kami harus bermain PEPERO GAME. 

Ada yang tahu game nya? game memakan biskuit panjang (pokki) dari arah yang berbeda, seperti bisa dilihat di gambar di bawah ini. Yang menang adalah pasangan dengan sisa biskuit yang paling pendek. Jadi bisa dibayangkan khan bagaimana cara memperoleh sisa biskuit yang pendeknya.

Image

Nah sudah tau bisa membayangkan khan bagaimana kelanjutannya? kami jelas KALAH karena detik pepero itu sudah menjadi sangat pendek dan muka kami sudah sangat dekat, saya spontan membuang muka saya dan membiarkan pepero itu terjatuh…

Eughhh… 

cobaan terbesar – extended

“Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah kecil. Dari setitik harapan, berlariku ke arahmu.”

(Dear you : Moammar Emka)

yap! Saya memang terlihat kalah sekalah-kalahnya sama diri saya. Saya memang membiarkan tembok pertahanan saya runtuh di post saya yang sebelumnya. Tapi percayalah, saya tidak akan jadi orang yang pernah menyesali ke”kalah”an saya malam itu..

Obrolan kami malam itu berlangsung super mulus dan seru. Mulai dari sekedar bertukar kabar dan apa yang di kerjakan hari itu sampai akhirnya membicarakan ini dan itu.

Saya senang dan bahagia, dan sesuai dengan moto hidup saya.. saya percaya tidak ada yang sia sia dan tidak ada yang kebetulan di hidup saya.. 🙂

cobaan terbesar

belakangan ini hidup saya dicobai oleh suatu hal. hal ini sangat kecil dan tidak penting, tapi sungguh mencobai kehidupan saya belakangan ini! cobaan ini datang setiap harinya sekitar pukul 10 malam keatas dan berakhir setelah lewat jam 3 sore di keesokan harinya.

cobaan itu adalah disaat anda membuka browser dengan facebook yang terpampang secara otomatis terbuka di depan anda.. dan di sebelah kanan, di bagian list orang orang yang sedang online (biasa di paling atas atau kedua teratas dari list itu) muncul sebuah nama dengan tanda bulatan hijau kecil yang mencuri perhatian saya.

percayalah! tanda bulatan hijau kecil itu tak jemu jemu berbinar binar menggoda saya untuk mengklik nama yang terpampang di sebelahnya dan menyapa si empunya facebook tersebut. DAN tentunya itu memaksa saya menahan diri untuk tidak membiarkan tangan saya mengklik nama tersebut!

alasannyaGENGSI! simple tapi basi.. ada yang bilang masi jaman sekarang gengsi? haha masih ajaa.. secara saya ini berjenis kelamin perempuan! masa saya terus yang manggil duluan. sekali sekali biarlah yang di seberang sana yang manggil duluan. haha. lagian malu juga kalo manggil duluan trus tau tau dia lagi sibuk atau gak bermood baik.. alamat tanggepannya bikin saya bete.  di satu sisi saya tahu dia sedang sibuk volunteer work minggu ini. truss ada juga rasa sedikit pengen “ngetes“. haha. saya adalah orang yang menganut sistem tarik ulur itu ada baiknya. belakangan ini saya dan si mas nun jauh disana sedang cukup intens dalam berkomunikasi, dan saya pengen tau juga kalau saya gak panggil panggil kapankah dia akan memanggil saya duluan? haha #blushing

tapi…

setelah beberapa hari saya dengan susah payah sukses berusaha mempertahankan benteng saya.. pertahanan saya malam ini runtuh, seiiring runtuhnya bulu bulu kaki saya (abis ngewax) dan saya membiarkan tangan saya mengklik nama itu dan menyapa lelaki nun jauh di sana itu..

hi there?  🙂

mengapa “the chosen instrument” ?

But the Lord said to Ananias, “Go! This man is my chosen instrument to proclaim my name to the Gentiles and their kings and to the people of Israel. (Acts 9:15)

Ayat alkitab inilah yang bisa menjelaskan nama blog saya ini.

Ayat di atas dan nama blog saya sebenarnya saya contek dari nama tim mission trip saya ke Thailand summer tahun lalu (summer 2012), Dalam bahasa korea, kami disebut dengan nama “택한 그릇”. Saya merasa nama ini punya arti yang sangat spesial buat saya pribadi dan tim kami.

Singkat cerita, kami yang berasal dari latar belakang yang beragam, asal usul yang berbeda-beda, dengan segala kekurangan dan kelebihan kami yang bermacam-macam, kami di”pilih” oleh Tuhan dan ditumplek dijadikan satu di tim kami ini, saling mendukung dan saling melengkapi. Bahkan di dalam tim kami, hampir 80 persen adalah orang yang baru pertama kali melakukan pelayanan mission trip, lalu beberapa orang merupakan anggota baru Gereja bahkan ada juga yang baru mengenal Tuhan. Melalui keragaman yang ada kami saling belajar dan menumbuhkan satu sama lain di dalam Tuhan. Gak cuma episode ceria saja, tapi ada juga banyak episode berselisih satu sama lainnya. Tapi, kita bisa tetep kompak sampai akhir dan menuntaskan setiap tugas panggilan pelayanan kami dengan baik di tanah Thailand sana!

me? YES! I am the chosen instrument of God!  and did you know? YOU are also the chosen one! 

Demikianlah asal usul nama blog saya ini! 🙂